Pasir ini erat kugenggam.
Tak tersisa sebutir di telapak tangan.
Jika ia tak sanggup lagi menghakimi.
Mungkin hanya waktu yang dapat mengadili ia.
Andai jarum dapat kuhalang.
Tak akan terbuang detik akan kudulang,
Dan akan kutuang dalam ruang tak bertulang.
Namun kini kulebih memilih tuk pulang.
Ku pulang pun tak kunjung hilang.
Menjadi bayang, menghadang, lalu menyerang.
Sekonyong datang, lalu hilang, lalu datang,
hilang,
Selalu datang-hilang, lalu datang.
Lalu hilang.
Pasir, aku lelah mengukir. Ku terusir tersingkir.
Pasir, tak terukur, kau gugur teratur.
Aku terkubur tersungkur.
Tak tersisa sebutir di telapak tangan.
Jika ia tak sanggup lagi menghakimi.
Mungkin hanya waktu yang dapat mengadili ia.
Andai jarum dapat kuhalang.
Tak akan terbuang detik akan kudulang,
Dan akan kutuang dalam ruang tak bertulang.
Namun kini kulebih memilih tuk pulang.
Ku pulang pun tak kunjung hilang.
Menjadi bayang, menghadang, lalu menyerang.
Sekonyong datang, lalu hilang, lalu datang,
hilang,
Selalu datang-hilang, lalu datang.
Lalu hilang.
Pasir, aku lelah mengukir. Ku terusir tersingkir.
Pasir, tak terukur, kau gugur teratur.
Aku terkubur tersungkur.